Makna Pengucapan Qadarullah Waa Maasya’a Fa’ala


Makna Pengucapan Qadarullah Waa Maasya’a Fa’ala

Setiap muslim sudah sangat familiar dengan beragam ucapan seperti InsyaAllah, MasyaAllah, Astaghfirllah dan lainnya. Kalimat-kalimat tersebut diucapkan ketika kondisi tertentu. Bahasa Arab menjadi salah satu Bahasa yang banyak diserap oleh penutur Bahasa Indonesia. Hal ini tidak lepas dari banyaknya masyarakat beragama Islam di tanah air ini.

Di setiap peristiwa atau keadaan setiap muslim disunahkan untuk selalu mengucapkan apa yang pernah di contohkan Rasulullah. Beberapa kalimat tersebut terkandung makna yang sangat mendalam karena apapun yang terjadi selalu dalam kehendak Allah Ta’ala. Selain mendapat pahala mengucapkan kalimat yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menjadikan seseorang tersebut selalu mengingat pencipta-Nya.

Salah satu kalimat yang dianjurkan untuk diucapkan oleh setiap muslim adalah Qadarullah Waa Maasya’a Fa’ala. Qadarullah Wa Maa Syafaa’a Fa’ala merupakan ucapan seseorang yang berkaitan dengan takdir yang di dapat atau yang didengarkan dari orang lain. Salah satu takdir yaitu ketika kita atau orang lain mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan atau musibah.

Allah SWT mengingatkan manusia soal qadarullah, untuk percaya pada ketentuannya dalam surat Al-Baqarah ayat 286. Ayat tersebut menyatakan, semua peristiwa terjadi sesuai kemampuan manusia karena Allah SWT tidak akan menguji lebih atau kurang dari batas hamba-Nya.

La yukallifullahu nafsan illa wus’aha, laha ma kasabat wa ‘alaiha maktasabat, rabbana la tu’akhizna in nasina au akhta’na, rabbana wa la tahmil ‘alaina israng kama hamaltahu ‘alallazina ming qablina, rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lana bih, wa’fu ‘anna, waghfir lana, war-hamna, anta maulana fansurna ‘alal-qaumil-kafirin.

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang malainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

Dengan ayat Alqur’an ini, seorang manusia diharapkan tidak terlalu sedih jika ditimpa hal buruk. Saat kecewa dan sedih melanda, kata qadarullah bisa diucapkan untuk segera meredakan emosi negative tersebut. selanjtunya, manusia bisa segera kembali menghadap Allah SWT, mohon petunjuk, dan bekerja sesuai ketentuan dalam Alqur’an, hadits, dan hukum yang berlaku.

Pengucapan kalimat Qadarullah Waa Maasya’a Fa’ala berdasarkan salah satu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Jika musibah menimpa kamu, janganlah engkau berkata, “Seandainya aku melakukannya seperti itu, tentu tidak akan begini dan begitu”. Tetapi katakanlah, “Qadarullah Waa Maasya’a Fa’ala (hal ini telah Allah takdirkan dan Allah berbuat sesuai apa yang dikehendaki-Nya). Dikarenakan perkataan “seandainya” akan membuka pintu perbuatan syaitan”. (HR. Muslim).

Perintah mengucapkan kalimat ini dijelaskan dalam sebuah hadits. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatkah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, “Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain.” Akan tetapi katakanlah, “Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat.”Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan.” (HR. Muslim)

Seorang muslim hendaknya percaya akan takdir terbaik dariNya dan tidak perlu mengucapkan kata ‘seandainya’. Hal ini karena apa yang sudah terjadi adalah bagian dari takdir terbaik dari Allah SWT dan akan ada hikmah dibalik segala peristiwa yang dialami. Dengan meyakini akan takdir Allah SWT, pintu godaan setan akan hal-hal melawan takdir bisa dicegah.

0 Response to "Makna Pengucapan Qadarullah Waa Maasya’a Fa’ala"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel