Komposisi dalam Pengambilan Gambar


Komposisi dalam Pengambilan Gambar

Komposisi

Komposisi adalah suatu cara untuk meletakkan objek gambar di dalam layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol dan bisa mendukung alur cerita. Dengan komposisi yang baik, kita akan mendapatkan gambar yang lebih “hidup” dan bisa mengarahkan perhatian penonton kepada objek tertentu di dalam gambar. Pengarahan perhatian penonton ini sangat penting, khususnya untuk pengambilan gambar bergerak (movie) karena di dalam satu shot atau satu adegan rekaman, kita jumpai banyak sekali objek yang ada di dalam layar. Oleh karena itu, mata penonton atau titik perhatian penonton perlu diarahkan kepada objek-objek yang kita kehendaki saja, misalnya aktor (talent) dan sebagainya.

Di dunia fotografi kita mengenal dua macam komposisi, masing-masing adalah komposisi diam (still compotition) dan komposisi dinamis (dynamic compotition). Kedua macam komposisi tersebut mempunyai kesamaan, karena komposisi diam merupakan dasar dari komposisi dinamis. Oleh karena itulah, seluruh teori komposisi yang kita pelajari sekarang ini tidak membedakan antara kedua macam komposisi tersebut.

Seorang fotografer harus mengenal berbagai teori komposisi, diantaranya adalah tiga dasar komposisi, ukuran shot, dan motivasinya serta motivasi gerak (gerak objek dan gerak kamera). Tiga dasar teori komposisi adalah (1) intersection of thirds (rule of thirds) atau teori seprtiga layar, (2) golden mean area (area utama titik perhatian), dan diagonal depth (teori kedalaman gambar akibat komponen diagonal).


1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds)
Sebagai manusia normal, dianugerahi kemampuan pandangan yang cukup baik, yang dihasilkan oleh dua buah mata kita yang diletakkan secara sejajar yang berfungsi sebagai lensa penangkap gambar. Karena letaknya yang sejajar, maka banyak yang mengistilahkan bahwa kita mempunyai pandangan teleskopis atau binocular eyes. Karena binocular eyes, maka jika kita melihat sesuatu maka pandangan kita terarah secara sejajar. Demikian juga ajika kita melihat sesuatu termasuk ke layar televisi, layar bioskop ataupun layar reklame dan bidang datar lainnya. Oleh karena itulah, daerah di bidang yang kita lihat secara binocular tersebut dijadikan titik pusat perhatian atau point of interest suatu gambar. Di situlah titik perhatian atau objek yang ingin ditonjolkan diletakkan. Berdasarkan asumsi “binocular eyes” inilah lahir points of interest.

   

Cara menentukan point of interest di dalam aturan intersection of third adalah sebagai berikut.

a. Bagilah layar menjadi tiga baik secara vertical maupun horizontal, dan buatlah garis imaginer yang membagi layar menjadi tiga bagian. Pertemuan antara garis-garis imaginer (empat pertemuan) itulah terletak titik perhatian (point of interest). Di keempat titik itulah objek gambar yang ingin ditonjolkan kita letakkan.

b. Upayakan objek yang ingin kita tonjolkan paling tidak menyinggung atau berada di dua titik, bahkan kalau menyinggung tiga titik menjadi lebih baik, sungguh pun demikian, lebih baik menghindari memanfaatkan empat titik untuk menempatkan objek, karena akan menjadi terlalu padat (ingat komposisi yang baik adalah komposisi yang sederhana, bukan yang terlalu ramai “too crowded”).

c. Dalam memanfaatkan point of interest dengan cara intersection of third, juru kamera memang tidak boleh terpaku dengan teori yang ada, karena masih banyak aturan atau teori point of interest lainnya yang mengarahkan kita menemukan cara untuk menonjolkan objek di layar.


2. Golden Mean Area
Ini merupakan cara membuat komposisi yang baik, khususnya untuk pengambilan gambar besar atau close-up. Gambar close-up yang dimaksudkan untuk menonjolkan ekspresi atau detail muka seseorang, diatur oleh teori ini dengan cara sebagai berikut.



Bagilah layar menjadi dua bagian secara mendatar dan bagi jugalah menjadi tiga bagian, khususnya di bagian atasnya, sehingga tergambarlah bagian di atas setengah layar dan di bawah sepertiga layar. Kawasan inilah yang disebut sebagai golden mean area, tempat meletakkan mata manusia atau objek hidup lainnya untuk pengambilan gambar close up.

Golden mean area harus benar-benar menjadi panduan para juru kamera, baik untuk gambar diam ataupun gambar kamera bergerak. Disamping mempertimbangkan golden mean area, para juru kamera masih harus mengetahui aturan atau teori lainnya khususnya ketika mengambil gambar dengan ukuran close up.

Jika kita ingin membuat gambar tidak bergerak (photo, poster, dan lain-lain), sebaiknya tulisan utama atau kalimat kunci dari pesan suatu poster diletakkan dikawasan golden mean area tersebut adalah sasaran awal pandangan seseorang. Demikian juga jika kita ingin menonjolkan suatu gambar, hendaknya ditempatkan di golden mean area.

Untuk juru kamera yang harus mengambil gambar seseorang yang sedang bergerak (menyanyi, berpidato dan lain-lain) maka mata objek harus selalu ditempatkan di golden mean area dengan cara selalu mengatur kameranya sedemikian rupa, walaupun objek terus bergerak.


3. Diagonal Depth
Diagonal depth adalah salah satu panduan untuk pengambilan gambar long shot. Diagonal depth mensyaratkan setiap mengambil gambar long shot hendaknya para juru kamera mempertimbangkan unsur-unsur diagonal sebagai komponen gambarnya. Unsur diagonal penting artinya untuk memberikan kesan “depth” atau kedalaman, dan dengan unsur diagonal maka akan memberikan kesan tiga dimensi. Untuk pengambilan gambar long shot, hendaknya juru kamera juga selalu mencari unsur gambar foreground. Objek terletak di bagian tengah juga harus tampak jelas, kuat dan menonjol, sementara unsur background atau latar belakang menambah dimensi gambar. Dengan demikian, gambar memiliki depth atau mengesankan tiga dimensi, padahal sebenarnya gambar kita adalah dua dimensi.



Sebagai ringkasan, gambar long shot, hendaknya mempunyai unsur:
- Gambar yang membentuk garis diagonal,
- Benda yang dijadikan latar depan (foreground),
- Objek, dan
- Latar belakang (background).

0 Response to " Komposisi dalam Pengambilan Gambar"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel